ARTIKEL PROSES MONITORING DAN UMPAN BALIK DALAM PERENCANAAN PENDIDIKAN
|
ARTIKEL
PROSES MONITORING DAN UMPAN BALIK
DALAM PERENCANAAN PENDIDIKAN
Diajukan
untuk Memenuhi Tugas
Mata
Kuliah : Perencanaan Pendidikan
Dosen
: DR. H.Kusnandi, M. M., M. Pd
Disusun
oleh:
NGALIMUN
NIM.
82321213196
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS
GALUH CIAMIS
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI
PENDIDIKAN
2013
PROSES MONITORING DAN UMPAN BALIK
DALAM PERENCANAAN PENDIDIKAN
Oleh : Ngalimun
ABSTRAK
Perencanaan
pendidikan adalah keputusan yang diambil untuk melakukan tindakan berdasarkan
waktu tertentu agar penyelenggaraan sistem pendidikan menjadi lebih efektif dan
efisien, serta menghasilkan lulusan yang lebih bermutu, dan relevan dengan
kebutuhan pembangunan. Dalam mengimplementasi dari perencanaan yang telah
dibuat, hal yang paling penting dilakukan adalah memonitoring perencanaan itu
sendiri sebagai alat pengendalian terbaik. Proses monitoring
terhadap pelaksanaan pekerjaan
bawahan dilakukan untuk
memperoleh fakta-fakta, data,
dan informasi dalam
proses upaya pencapaian tujuan, apakah sesuai
dengan standar yang
telah ditetapkan? Tidak terjadi penyimpangan? Pemantauan terhadap pelaksanaan
rencana untuk menghasilkan umpan balik ini dilakukan dengan melakukan
monitoring terhadap perencanaan yang sedang berlangsung merupakan alat
pengendali yang baik dalam seluruh proses implementasi rencana yang dilakukan
secara terjadwal, penjadwalan ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi setiap
aktifitas yang dilaksanakan.
KATA
KUNCI : monitoring,
umpan balik, perencanaan pendidikan
PEMBAHASAN
A.
Perencanaan
Pendidikan
1. Pengertian Perencanaan
Merencanakan pada dasarnya menentukan kegiatan yang
hendak dilakukan untuk masa depan. Kegiatan ini dimaksud untuk mengatur
berbagai sumberdaya agar hasil yang dicapai sesuai dengan yang diharapkan.
Perencanaan adalah proses penentuan tujuan atau
sasaran yang hendak dicapai dan menetapkan jalan dan sumber yang diperlukan
untuk mencapai tujuan itu seefisien dan
seefektif mungkin. Dalam setiap perencanaan selalu terdapat tiga kegiatan yang
meskipun dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan antara yang satu dan yang
lainnya dalam proses perencanaan.
Ketiga kegiatan itu adalah, 1) perumusan tujuan yang
ingin dicapai, 2) pemilihan program untuk mencapai tujuan itu, 3) identifikasi
dan pengerahan sumber yang jumlahnya selalu terbatas.
Perencanaan merupakan tindakan menetapkan terlebih
dahulu apa yang akan dikerjakan, bagaimana mengerjakannya, apa yang harus
dikejakan, dan siapa yang mengerjakannya. Perencanaan juga sering disebut
sebagai jembatan antara kesenjangan atau jurang antara keadaan masa kini dan
keadaan yang diharapkan akan terjadi dimasa depan. Meskipun keadaan masa depan
yang tepat itu sulit diperkirakan, karena banyak faktor yang ada diluar
kekuasaan manusia yang berpengaruh
terhadap rencana, tetapi tanpa perencanaan kita akan menyerahkan sepenuhnya
terhadap masa yang akan datang itu dengan kebetulan kebetulan. Itulah sebabnya
Koontz menyerahkan perencanaan sebagai proses intelektual yang menentukan
secara sadar kegiatan yang akan ditempuh dan mendasarkan keputusan keputusan
pada tujuan yang hendak dicapai, informasi yang tepat waktu dan dapat terpercaya,
serta memperhatikan perkiraan keadaan yang akan datang. Oleh karena itu
perencanaan membutuhkan pendekatan rasional kearah tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Dengan demikian perencanaan yang baik hendaknya
memperhatikan sifat sifat yang akan datang, dimana keputusan dan tidakan
efektif dilaksanakan. Itulah sebabnya berdasarkan kurun waktunya dikenal
perencanaan tahunan atau rencana jangka pendek (kurang dari lima tahun),
rencana jangka menegah (5 sampai 10 tahun) dan rencana jangka panjang (diatas
10 Tahun).
Dengan demikian yang dimaksud dengan perencanaan
pendidikan adalah keputusan yang diambil untuk melakukan tindakan berdasarkan
waktu tertentu agar penyelenggaraan sistem pendidikan menjadi lebih efektif dan
efisien, serta menghasilkan lulusan yang lebih bermutu, dan relevan dengan
kebutuhan pembangunan. Dalam kaitan ini cara cara menyelenggarakan pendidikan
baik yang bersifat formal, non formal, maupun kegiatan informal merupakan
kegiatan komplementer di dalam satu sistem pendidikan yang tunggal.
2. Konsep dasar Perencanaan Pendidikan
Beberapa devinisi perencanaan pendidikan menurut
para ahli, antara lain sebagai berikut.
a.
Menurut
Guruge bahwa perencanaan pendidikan adalah proses mempersiapkan kegiatan di
masa depan dalam bidang pembangunan pendidikan adalah tugas dari perencanaan
pendidikan.
b.
Menurut
Albert Waterston bahwa perencanaan pendidikan adalah investasi pendidikan yang
dapat dijalankan dan kegiatan kegiatan pembangunan lain yang didasarkan atas
pertimbangan ekonomi dan biaya serta keuntungan sosial.
c.
Menurut
coombs bahwa perencanaan pendidikan adalah suatu penerapan yang rasional dari
analisis sistematis proses perkembangan pendidikan dengan tujuan agar
pendidikan itu lebih efektif dan efisien serta sesuai dengan kebutuhan dan
tujuan para peserta didik dan masyarakatnya.
Perencanaan adalah suatu
rangkaian proses kegiatan menyiapkan dan menentukan seperangkat keputusan
mengenai apa yang diharapkan terjadi dan apa yang akan dilakukan. Fungsi
perencanaan adalah : (a) sebagai pedoman pelaksanaan dan pengendalian, (b)
menghindari pemborosan sumber daya, (c) alat bagi pengembangan quality
assurance, dan (d) upaya untuk memenuhi accountability kelembagaan.
Hal-hal yang penting dalam
menyusun rencana, yaitu: (a) berhubungan dengan masa depan, (b) seperangkat
kegiatan, (c) proses yang sistematis, dan
(d) hasil serta tujuan tertentu.
(d) hasil serta tujuan tertentu.
Pendidikan merupakan upaya yang dapat
mempercepat pengembangan potensi manusia untuk mampu mengemban tugas yang
dibebankan kepadanya. Perencanaan pendidikan merupakan suatu proses
mempersiapkan seperangkat keputusan untuk kegiatan-kegiatan di masa depan yang
diarahkan untuk mencapai tujuan dengan cara yang optimal dalam pembangunan
ekonomi dan sosial secara menyeluruh dari suatu negara. Empat hal yang
menyangkut perencanaan pendidikan, yaitu: (a) tujuan yang akan dicapai dalam
perencanaan, (b) keadaan yang terjadi sekarang, (c) alternatif pilihan
kebijakan dan prioritas dalam mencapai tujuan, dan (d) strategi penentuan cara
yang terbaik untuk mencapai tujuan. Perencanaan pendidikan diartikan sebagai
suatu kegiatan untuk melihat masa depan dalam hal menentukan kebijakan,
prioritas, dan biaya pendidikan dengan mempertimbangkan kenyataan yang ada
dalam bidang ekonomi, sosial, dan politik untuk mengembangkan sistem pendidikan
negara dan peserta didik yang dilayani oleh sistem tersebut.
Perencanaan merupakan alat
pengubah dan pengendali perubahan, sedangkan pembangunan artinya mengubah untuk
maju dan berkembang menuju arah tertentu. Ini berarti setiap upaya pembangunan
memerlukan perencanaan dan setiap perencanaan adalah untuk mewujudkan upaya
pembangunan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perencanaan
pendidikan adalah
(a) filsafat, meliputi: peranan pemerintah dan hubungan dengan lembaga-lembaga pemerintah., (b) sosial, meliputi: psikologi, peranan kelompok, profesi, dan keamanan., (c) kebudayaan, meliputi: ilmu, teknologi, kesenian, dan norma.,
(d) ekonomi, meliputi: keterampilan berpikir, keterampilan tangan, dan perkembangan ekonomi., (e) politik, meliputi: ideologi, cita-cita bangsa, dan semangat kebangsaan., dan (f) demografi yaitu kependudukan. meliputi: perkembangan penduduk, penyebarnya penduduk, dan kepadatan penduduk.
(a) filsafat, meliputi: peranan pemerintah dan hubungan dengan lembaga-lembaga pemerintah., (b) sosial, meliputi: psikologi, peranan kelompok, profesi, dan keamanan., (c) kebudayaan, meliputi: ilmu, teknologi, kesenian, dan norma.,
(d) ekonomi, meliputi: keterampilan berpikir, keterampilan tangan, dan perkembangan ekonomi., (e) politik, meliputi: ideologi, cita-cita bangsa, dan semangat kebangsaan., dan (f) demografi yaitu kependudukan. meliputi: perkembangan penduduk, penyebarnya penduduk, dan kepadatan penduduk.
3. Jenis-jenis Perencanaan Pendidikan
a.
Menurut
Besarnya
1).
Perencanaan Makro
Perencanaan
makro adalah perencanaan yang menetapkan kebijakan kebijakan yang akan
ditempuh, tujuan yang ingin dicapai dan cara cara mencapai tujuan itu pada
tingkat nasional. Rencana pembangunan nasional dewasa ini biasanya meliputi
rencana dalam bidang ekonomi dan sosial.
Dipandang
dari sudut Perencanaan Makro, tujuan yang harus dicapai negara Husunya dalam
bidang peningkatan SDM adalah pengembangan sistem pendidikan untuk menghasilkan
tenaga pembangunan baik secara kualitatif maupun kuantitatif, Secara
kuantitatif pendidikan harus menghasilakan tenaga yang cukup banyak sesuai
dengan kebutuhan pembangunan. Sedangkan secara kualitatif harus dapat
menghasilkan tenaga pembangun yang terampil sesuai dengan bidangnya dan
memiliki jiwa pancasila untuk melaksanakan fungsi perencanaan makro ini.
2). Perencanaan Meso
Kebijaksanaan
yang telah ditetapkan pada tingkat makro, kemudian dijabarkan kedalam program
program yang lebih kecil. Pada tingkat ini perencanaan sudah lebih bersifat
operasional disesuaikan dengan, departemen atau unit unit.
3). Perencanaan Mikro
Perencanaan
mikro diartikan sebagai perencanaan pada tingkat institusional dan merupakan
penjabaran dari perencanaan tingkat meso. Khususan Kehususan dari lembaga mendapat perhatian, namun tidak
boleh bertentangan dengan apa yang telah ditetapkan dalam petrencanaan makro
ataupun meso. Contoh perencanaan mikro yaitu kegiatan belajar mengajar.
b.
Menurut
Tingkatanya
1.)
Perencanaan Strategik (Renstra)
Perencanaan
strategik disebut juga perencanaan jangka panjang. Strategi itu menurut R.G
Murdick J.E Ross diartikan sebagai konfigurasi tentang hasil yang diharapkan
tercapai pada masa depan. Dapat juga disebut konsepsi hari depan. Bentuk
konfigurasi terungkap berdasarkan 1) Ruang lingkup 2)Hasil persaingan 3) target
dan 4) penataan sumber sumber.
Pertama, ruang lingkup pendidikan
menyangkut hasil hasil pendidikan yang diharapkan, pemakai hasil pendidikan,
pasaran hasil pendidikan, kualitas hasil dan karakteristik yang ditentukan
untuk hasil pendidikan.
Kedua, kemampuan hasil (produktifitas)
pendidikan yang berkaitan dengan posisi suplay, pengelolaan yang spesifik dan
kapasitas merespon terhadap gerak perubahan.
Ketiga, spesifikasi target target yang
menegaskan pernyataan kuantitatif
kuantitatif tujuan tujuan yang akan dicapai, profitabilitas dan
infestasi beserta perkiraan resiko atau faktor penunjang lainnya.
Keempat, penentuan sumber sumber pendidikan
menyangkut alokasi pengembangan sumberdaya pendidikan, faktor geografik dan
kecenderungan perubahan yang berkenaan dengan sistem nilai. Sistem nilai itu
akan memberi arah terhadap konsep, gagasan maupun praktik praktiik
kependidikan.
2.)
Perencanaan Koordinatif
Sesuai
dengan namanya perencanaan koordinatif ditujukan untuk mengarahkan jalannya
pelaksanaan, sehingga tujuan yang telah ditetapkan itu dapat dicapai secara
efektif dan efisien.
Perencanaan
koordinatif biasanya sudah terperinci dan menggunakan data statistik. Namun
demikian, kadang kadang juga menggunakan akal sehat.
Perencanaan
ini mempunyai cakupan semua aspek operasi suatu sistem yang meminta ditaatinya
kebijakan kebijakan yang telah ditetapkan pada perencanaan strategik.
3.)
Perencanan Operasional
Perencanaan
operasional memusatkan perhatianpada apa yang akan dikerjakan pada tingkat
pelaksanaan dilapangan dari suatu rencana strategi. Perencanaan ini bersifat
spesifik dan berfungsi untuk memberikan petunjuk konkret tentang bagaimana
suatu program atau proyek husus
dilaksanakan menurut aturan, prosedur dan ketentuan lain yang ditetapkan
secara jelas sebelumnya. Itulah sebabnya rencana operasional ini telah
dijabarkan dan diterjemahkan kedalam data kuantitatif yang dapat diukur dan
biasanya dipergunakan dimensi uang. Dengan demikian, rencana operasional mudah
diukur, peranan keberhasilan unit unit mudah dibandingkan dan sekaligus dapat
dijadikan ukuran keberhasilan. Artinya rencana operasional sekaligus dapat
dijadikan ukuran keberhasilan. Artinya rencana operasional berfungsi sebagai
instrument yang cukup halus dan tajam untuk mengenali keadaan waktu lampau dan bisa
atau akan dijadikan alat atau teknik perencanaan berikuutnya. Perencanaan
biasanya tidak mempergunakan pendekatan integratif, seperti halnya renstra.
Oleh karena itu beberapa kelemahan yang ditimbulkan dan rencana ini, antara
lain (1) satuan harga yang spesifik (2) alat ukur sering berbeda beda (3)
pekerjaan ada kalanya tertunda, staf yang terhenti (4) peranan dan kontribusi
pemimpin terhadap pencapaian tujuan jangka panjang tidak diukur. Kesemua itu
meruakan hambatan hambatan sistem.
c.
Menurut
Jangka Waktunya
1)
Perencanaan Jangka Pendek
Perencanaan
jangka pendek adalah perencanaan tahunan atau perencanaan yang dibuat untuk
dilaksanakan dalam waktu kurang dari lima tahun, sering disebut sebagai rencana
operasional.
Perencanaan
ini meripakan penjabaran dari rencana jangka menengah dan jangka panjang.
2)
Perencanaan Jangka Menengah
Perencanaan
jangka menengah mencakup kurun waktu pelaksanaan 5-10 Tahun. Perencanaan ini
penjabaran dari rencana jangka panjang, tetapi sudah lebih besifat operasional.
3)
Perencanaan Jangka Panjang
Perencanaan
jangka panjang meliputi cakupan waktu diatas 10 tahun sampai dengan 25 tahun.
Perencanaan ini mempunyai jangka menengah, lebih lebih lagi jika perencanaan
jangka menengah , lebih lebih lagi jika dibandingkan dengan rencana jangka
pendek. Semakin panjang rencana itu
semakin banyak pula variabel yang sulit dikontrol. Berdasarkan keriteria diatas
rencana pembangunan lima tahun dapat digolongkan kedalam perencanaan jangka
sedang, sedeangkan perencanaan tahunan termasuk perencanaan jangka pendek.
Perencanaan tahunan atau Anual Planning merupakan tahap tahap dari repelita.
Suatu perencanaan tahunan biasanya mempunyai kaitan yang erat dengan apa yang
telah dilakukan pada tahun yang lalu dan yang direncanakan pada tahun
berikutnya.
Dengan
demikian, perencanaan tahunan bukan hannya sekadar pembabakan dari rencana lima
tahun, tapi merupakan penyempurnaan dari rencana itu sendiri.
Kegiatan
perencanaan tahunan yang kita lakukan berlangsung secara setahun penuh. Itulah
sebabnya ada istilah siklus (lingkaran) perencanaan Tahunan. Pelaksanaan dalam
pelita dimulai 1 April sampai 31 Maret pada tahun berikutnya. Periode ini
berlaku juga bagi penyelesaia proses perencanaannya.
4. Model-model Perencanaan Pendidikan
a. Model
perencanaan komprehensif
Model ini terutama digunakan untuk menganalisis
perubahan-perubahan dalam system pendidikan secara keseluruhan. Di samping itu
berfungsi sebagai suatu patokan dalam menjabarkan rencana-rencana yang lebih
spesifik kea rah tujuan-tujuan yang lebih luas.
b. Model
target setting
Model ini diperlukan dalam upaya melaksanakan
proyeksi ataupun memperkirakan tingkat perkembangan dalam kurun waktu tertentu.
c. Model
costing (pembiayaan) dan keefektifan biaya
Model ini sering digunakan sering digunakan untuk
menganalisis proyek-proyek dalam criteria efisien dan efektifitas ekonomis.
Penggunaan model ini dalam pendidikan didasarkan pada pertimbangan bahwa
pendidikan itu tidak terlepas pada pertimbangan bahwa pendidikan itu tidak
terlepas dari pembiayaan.
d. Model
PPBS
PPBS (planning, programming, budgeting system),
dalam bahasa Indonesia adalah system perencanaan, penyusunan program dan
penganggaran (SP4). Model ini bermakna bahwa perencanaan, penyusunan program
dan penganggaran dipandang sebagai suatu system yang tak terpisahkan satu sama
lainnya. PPBS merupakan suatu proses yang komprehensif untuk pengambilan
keputusan yang lebih efektif.
B.
Pengawasan
atau Monitoring
Keberhasilan sebuah
program dapat dilihat
dari apa yang
direncanakan dengan apa yang
dilakukan, apakah hasil
yang diperoleh berkesesuaian
dengan hasil perencanaan yang
dilakukan. Untuk dapat
memperoleh implementasi rencana
yang sesuai dengan apa yang direncanakan manajemen harus menyiapkan sebuah
program yaitu monitoring, monitoring ditujukan untuk memperoleh fakta,
data dan
informasi tentang pelaksanaan
program, apakah proses
pelaksanaan kegiatan dilakukan seusai dengan apa yang telah direncakan. Selanjutnya temuan-temuan hasil monitoring
adalah informasi untuk proses evaluasi sehingga hasilnya apakah program
yang ditetapkan dan
dilaksanakan memperoleh hasil
yang berkesuaian atau tidak
1.
Pengertian Dasar Pengawasan
Pada dasarnya rencana dan pelaksanaan merupakan satu
kesatuan tindakan, walaupun hal ini jarang terjadi. Pengawasan diperlukan untuk
melihat sejauh mana hasil tercapai.
Pemantauan
terhadap pelaksanaan rencana untuk menghasilkan umpan balik ini dilakukan dengan
melakukan monitoring terhadap perencanaan yang sedang berlangsung merupakan
alat pengendali yang baik dalam seluruh proses implementasi rencana yang
dilakukan secara terjadwal, penjadwalan ini dapat digunakan untuk
mengidentifikasi setiap aktifitas yang dilaksanakan. Dan hasil dari pemantauan
inilah yang akan menjadikan umpan balik terhadap perencanaan yang ditetapkan
guna mengetahui kesesuaian antara perencanaan dengan pelaksanaan di lapangan.
Menurut
Murdick pengawasan merupakan proses yang secara esensial tetap diperlukan
bangaimanapun rumit dan luasnya suatu organisasi. Proses dasarnya terdiri dari
tiga tahap (1) Menetapkan standar pelaksanaan
(2) Pengukuran pelaksanaan pekerjaan dibandingkan dengan standar (3) Menentukan kesenjangan (deviasi) antara pelaksanaan dengan standar dan rencana.
(2) Pengukuran pelaksanaan pekerjaan dibandingkan dengan standar (3) Menentukan kesenjangan (deviasi) antara pelaksanaan dengan standar dan rencana.
2.
Proses Monitoring
Monitoring merupakan
kegiatan untuk mengetahui
apakah program yang
dibuat itu berjalan dengan baik
sebagaiman mestinya sesuai
dengan yang direncanakan,
adakah hambatan yang terjadi
dan bagaiman para
pelaksana program itu
mengatasi hambatan tersebut. Monitoring
terhadap sebuah hasil
perencanaan yang sedang berlangsung menjadi
alat pengendalian yang
baik dalam seluruh
proses implementasi. Hal tersebut seperti gambar berikut ini :
“Monitoring lebih
menekankan pada pemantauan
proses pelaksanaan”
(Departemen Pendidikan Nasional:
2001 ). Monitoring
juga lebih ditekankan untuk tujuan supervisi.
Proses dasar
dalam monitoring ini
meliputi tiga tahap
yaitu:
(1) menetapkan standar pelaksanaan; (2) pengukuran pelaksanaan; (3) menentukan kesenjangan (deviasi) antara pelaksanaan dengan standar dan rencana.
(1) menetapkan standar pelaksanaan; (2) pengukuran pelaksanaan; (3) menentukan kesenjangan (deviasi) antara pelaksanaan dengan standar dan rencana.
3.
Tujuan dan Fungsi Monitoring
Monitoring bertujuan
mendapatkan umpan balik
bagi kebutuhan program yang
sedang berjalan, dengan
mengetahui kebutuhan ini
pelaksanaan program akan segera
mempersiapkan kebutuhan tersebut.
Kebutuhan bisa berupa
biaya, waktu, personel, dan
alat. Pelaksanaan program
akan mengetahui berapa
biaya yang dibutuhkan, berapa
lama waktu yang
tersedia untuk kegiatan tersebut. Dengan demikian
akan diketahui pula
berapa jumlah tenaga
yang dibutuhkan, serta alat apa
yang harus disediakan untuk melaksanakan program tersebut.
Secara
lebih terperinci monitoring bertujuan untuk:
a. Mengumpulkan data dan informasi yang
diperlukan;
b. Memberikan masukan tentang kebutuhan
dalam melaksanakan program;
c. Mendapatkan gambaran ketercapaian
tujuan setelah adanya kegiatan;
d. Memberikan informasi
tentang metode yang
tepat untuk melaksanakan kegiatan;
e. Mendapatkan informasi
tentang adanya kesulitan-kesulitan dan
hambatan-hambatan selama kegiatan;
f. Memberikan umpan balik bagi sistem
penilaian program;
g. Memberikan pernyataan yang bersifat
penandaan berupa fakta dan nilai.
Menurut
Dunn (1981), monitoring mempunya empat fungsi, yaitu:
a.
Ketaatan (compliance).
Monitoring menentukan apakah
tindakan administrator,
staf, dan semua
yang terlibat mengikuti
standar dan prosedur yang telah ditetapkan.
b.
Pemeriksaan (auditing). Monitoring menetapkan apakah sumber dan layanan yang diperuntukkan
bagi pihak tertentu
bagi pihak tertentu
(target) telah mencapai mereka.
c.
Laporan (accounting).
Monitoring menghasilkan informasi
yang membantu “menghitung” hasil
perubahan sosial dan
masyarakat sebagai akibat implementasi kebijaksanaan sesudah
periode waktu tertentu.
d.
Penjelasan (explanation). Monitoring
menghasilkan informasi yang membantu menjelaskan bagaimana
akibat kebijaksanaan dan
mengapa antara perencanaan dan
pelaksanaannya tidak cocok.
4.
Informasi dan Pengawasan
a. Pengawasan sebagai suatu sistem informasi
Pengawasan
adalah menetapkan standar pelaksanaan pekerjaan, pengukuran pelaksanaan
dibandingkan dengan standar dan mengoreksi kesenjangan–kesenjangan maka proses
pengawasan tidak akan terlaksana tanpa informasi. Oleh karena itu
sistempengawasan harus dipandang sebagai suatu sistem informasi, karena
kecepatan dan ketepatan tindakan korektip sebagai hasil akhir proses pengawasan
bergantung pada macamnya informasi yang diterima.
b. Jenis –jenis Informasi Pengawasan
Umumnya informasi pengawasan dapat diklasifikasikan
sebagai berikut: (1) pemasaran pemakaian jasa/ barang yaitu informasi yang
berhubungan dengan kemajuan rencana kebutuhan antara lain menyangkut quota
daerah pemasaran tenaga ; (2) pabrik yaitu informasi yang dipakai untuk
mengukur pelaksanaan terhadap rencana keuangan organiasasi ; (3) personal yaitu
informasi yang berhubungan dengan tindakan pelaksanaan kerja personal ; (4)
keuangan yaitu informasi yang berhubungan dengan pelaksanaan rencana keuangan,
perputaran uang kas ; (5) riset yaitu pengembangan dan permesinan yaitu
informasi yang menyangkut hasil penelitian pengembangan dan teknik permesinan.
c. Pendekatan Sistem dalam Pengawasan (Feed
Forward)
Pengawasan berdasarkan pendekatan tradisional
mempunyai beberapa kelemahan/ kekurangan, antara lain : (1) standar
pelaksanaan, umumnyadikaitkan dengan rencana keuangan jangka pendek sehingga
mengabaikan kaitannya dengan pencapaian tujuan keseluruhan (overall) ; (2) proses pengawasan,
menimbulkan konotasi tekanan, inspeksi dan mencari-cari kesalahan ; (3) laporan
pengawasan dipandang sebagai alat ukur kemajuan bagian-bagian dan bukan untuk
memperoleh pelaksanaan ; (4) keterlambatan merupakan ciri sehingga jarak waktu
antara terjadinya penyimpangan sampai ditemukannya tindakan korektif, suka
terlambat.
Pengawasan modern berdasarkan pendekatan sistem
dibangun berdasarkan empat ide pokok : (1) integrasi perencanaan dan pengawasan
; (2) mengaitkan sistem pengawasan dengan struktur organisasi ; organiasai
tidak akan mencapai sinergistik apabila bagian-bagian tidak saling mengaitkan
dalam pencapaian keseluruhan tujuan ; (3) sistem desain untuk pengambilan
keputusan, dan bukan bersifat laporan post
facto. (4) informasi yang tepat pada waktunya adalah esensial.
Syarat dasar setiap sistem pengawasan adalah feedback. Sistem pengawasan yang
berdasarkan pada prinsip feedback,
bersifat setelah terjadi kesenjangan. Prinsip ini didasarkan pada data dan
sistem informasi yang pada hakikatnya bersifat historis.
Sistem pengawasan yang berdasarkan feedforward. Cara kerjanya adalah
mengantisipasi kesenjangan di dalam sistem umpan balik dengan cara memonitor
masukan-masukan dan memprediksi efek masukan ini terhadap variable-variabel
hasil atau output.
Proses pengawasan feedforward pada dasarnya
merupakan suatu proses analisis yang sangat hati-hati terhadap
variable-variabel masukan yang dikaitkan dengan output yang diharapkan. Input
dimonitor dan diubah dalam rangka pencapaian hasil yang diinginkan sebelum
terjadi kesenjangan.
C.
Monitoring
dalam Perencanaan Pendidikan
1. Monitoring Perencanaan
Dalam melakukan implementasi dari perencanaan yang
telah dibuat, hal yang paling penting dilakukan adalah memonitoring perencanaan
itu sendiri sebagai alat pengendalian terbaik. Hal yang mungkin akan dihadapi
dalam proses implemntasi adalah 2 pilihan berikut; Pertama, melakukanupaya
berupatindakan-tindakan yang diperulkan untuk meletakan sistem yang telah
dibuat kembali kejalurnya. Sedangkan pilihan keduanya adalah memikirkan dari
awal lagi tujuan utama dari perencanaan pendidikan komprehensif dalam kaitanya
dengan pengembanya yang belum tampak.
Penjadwalan proyek berkaitan eret dengan dua pilihan
diatas. Melalui penjadwalan proyek dapat mengidentifikasi dan menentukan
penjadwalan aktivitas yang akan dilakukan orang-orang pendidikan,
mengidentifikasi berbagai sumber daya yang diperlukan, dan pula dapat
memberikan gambaran nyata mengenai jumlah waktu dan biaya yang dibutuhkan.
Dengan bagitu,periode waktu penyelsaian pun dapat ditentukan sehingga
keseluruhan dapat berjalan dengan lancar.
a. PERT
dan CPM
Tenkik
penjadwalan sudah lama dikenal dan semakin berkembang hingga kini. Berkat
teknologi computer, Du pont Company
menciptakan Critical Path Method
(CPM) yaitu merupakan suatu pendekatan perencanaan dan penjadwalan yang
berbasis computer. Kemudian diikuti Polaris
yang mengeluarkan Program Evaluation
Research Task (PERT).
Tabel 2.1
Perbedaan PERT
dan CPM
Keuntungan
menggunkan program PERT adalah perhitunganya dapat digunkan dalam probabilitas
computer, sedangkan CPM hanya menggunkan satu estimasi waktu dan tidak ada
variasi yang muncul dalam estimasi waktu tersebut sehingga probabilitasnya
tidak dapat dihitung.
b. Diagram
Penjadwalan yang Digunakan untuk Aktivitas Monitoring
1) Diagram
Gantt
Merupakan
suatu diagram yang aktivitasnya saling bergantung satu sama lain. Sehingga
dibutuhkan perencanaan yang lebih rinci terutama waktu yang tepat untuk
rangkaian aktivitas agar tidak terjadi kemacetan aktivitas yang akan merugikan
waktu serta biaya. Berikut adalah contoh gamabr diagram Gantt
Namun
demikian, kelebihan dari diagram Gantt yaitu dapat memberikan gambaran dengan
jelas yang menenjukan proses-proses penjadwalan.
2) Diagram
PERT
Aktivitas diagram PERT terbagi menjadi 3
yaitu :
(a) Aktivitas
Tunggal, menggambarkan aktivitas tertentu yang akan diselsaikan.
(b) Aktivitas
Berurutan, tiga kejadian yang ada pada gambar menjelaskan bahwa kejadian 2
menyediakan waktu untuk penyelsaian untuk aktivitas 1 dan kejadian 3 untuk
aktivitas 2.
(c) Aktivitas
Paralel, merupakan gabungan dari satu aktivitas dan urutan aktivitas-aktivitas.
Aktivitas 1 dan aktivitas 2 keduanya tergabung menjadi aktivitas 3. Aktivitas
parelel biasaya digunakan untuk tujuan mempersingkat waktu keseluruhan yang
dibutuhkan untuk menyelsaikan seluruh aktivitas.
3) Diagram
Panah
Diagram
panah terdiri dari aktivitas tunggal, serangkain aktivitas dan aktivitas
paralel. Dalam diagram panah, jaringan tersusun sekitar aktivitas dan titik (node)
dalam diagram panah umumnya hanya merupakan hubungan logika. Dalam diagram
panah pun terdiri dari 3 aktivitas yang sama juga yaitu : Aktivitas Tunggal,
Aktivitas Berurutan dan Aktivitas Paralel.
4) Precedence
Diagram
Diagramini
menunjukan keterengan antara A dan B, sebagai kejadian-kejadian dan
aktivitas-aktivitas yang sebelumnya dan pengganti. Aktivitas dalam diagram ini
pun sama dengan point sebelumnya yaitu memliki ketiga aktivitas seperti
aktivitas tunggal, berurutan dan paralel.
Selain
keempat diagram diatas kita juga dapat mengenal pendiagraman lain seperti dummy activity, restrain activity, spitting
procedure dan looping.
c. Penjadwalan
Jaringan
Untuk
menentukan waktu yang diharapkan dalam membuat penjadwalan bisa dilakukan
melalui perhitungan rumus berikut :
d. Perhitungan
Waktu
Terdapat 3 perkiraan waktu yang harus
dibuat yaitu : optimis, persimis dan waktu yang paling mungkin. Rumus yang
dapat digunakan untuk memperkirakan waktu adalah :
Keterangan
:
Demi mendpatkan penjadwalan yang baik,
para perencana harus mengumpulkan banyak informasi mengenai stakeholder-nya. Dlam pengaturan
pihak-pihak yang menjadi sumber daya dari perencanaan harus dilakukan secara
berkelanjutan. Hal ini menjadi implemntasi perencanaan manjadi alat yang
berharga dalam memonitor aktivitas pendidikan yang sedang berjalan.
2. Mengevaluasi Rencana
Evaluasi memeriksa arah yang diambil dan
mengevaluasi hasil atau penyimpangan dari perencanaan sebelumnya. Penilaian dan
pengujian kuantitatif yang berdasarkan pengalaman masa lalu merupakan cara
mengevaluasi berbagai tahap dalam proses perencanaan.
a. Mengevaluasi
Aktivitas Pendidikan
Ada
5 faktor penting dalam aktivitas pendidikan yaitu : 1) tempat aktivitas
pendidikan, 2) waktu aktivitas pendidikan, 3) orang yang terlibat dalam
aktivitas, 4) sumber daya yang diperlukan, 5) proses pelaksanaan aktivitas.
b. Mengevaluasi
Lingkungan Pendidikan
Salah satu metode
evaluasi menggunakan teori utilitas. Metode ini membantu evaluasi dengan
menggunakan penilaian yang lebih bertanggung jawab dan lebih rasional melalui
urutan kriteria yang digunkan dalam evaluasi.
c. Konsep
evaluasi dengan Utilitas
Konsep
utilitas mengandung tiga karakteristis yaitu : 1) ungkapan preferensi pribadi,
2) sejumlah alternatif yang memungkinkan 3) alokasi sumber daya yang sesuai berdasarkan
utulitasnya.
3. Menyesuaikan, Mengubah dan
Mendisain Ulang Rencana
Perncanaan pendidikan yang komprehensif semakin
lebih banyak digunakan untuk membentuk sejumlah aktivitas komunitas yang
semakin luas. Yang perlu diingat adalah perencanaan tidak boleh mengkriastal
kedalam suatu bentuk statis, karena perencanaan pada akhirnya akan menjadi
elastic dan bisa beradaptasi terhadap perubahan efektivitasnya yang menurun.
KESIMPULAN
Perencanaan
pendidikan adalah keputusan yang diambil untuk melakukan tindakan berdasarkan
waktu tertentu agar penyelenggaraan sistem pendidikan menjadi lebih efektif dan
efisien, serta menghasilkan lulusan yang lebih bermutu, dan relevan dengan
kebutuhan pembangunan.Keberhasilan sebuah program
dapat dilihat dari
apa yang direncanakan dengan apa
yang dilakukan, apakah
hasil yang diperoleh
berkesesuaian dengan hasil perencanaan
yang dilakukan. Untuk
dapat memperoleh implementasi rencana yang sesuai dengan apa
yang direncanakan manajemen harus menyiapkan sebuah program yaitu monitoring,
monitoring ditujukan untuk memperoleh fakta, data dan
informasi tentang pelaksanaan
program, apakah proses
pelaksanaan kegiatan dilakukan seusai dengan apa yang telah
direncakan. Monitoring merupakan kegiatan
untuk mengetahui apakah
program yang dibuat
itu berjalan dengan baik
sebagaiman mestinya sesuai
dengan yang direncanakan,
adakah hambatan yang terjadi
dan bagaiman para
pelaksana program itu
mengatasi hambatan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Abin
S Makmun dan Udin S Sa’ud. 2011. Perencanaan Pendidikan, Suatu Pendekatan
Komprehensif. Bandung : Remaja Rosdakarya dan UPI.
Sarbini
dan Neneng Lina. 2011. Perencanaan Pendidikan. Bandung : Pustaka Setia.
Mohanty,
J. (1998). Educational
Administration, Supervision, and
School Management. New Delhi: Deep & Deep Publication.
Satori, Djam’an. (1990). Kendali Mutu
Pendidikan Persekolahan. Panitia Seminar Manajemen Nasional Pendidikan IKIP
Bandung.
William
N Dunn ,
(2003), Pengantar Analisis
Kebijakan Publik (terjemahan), Yogyakarta, Gajahmada
University pres
http://teguhfuady.blogspot.com/2010/05/proses-perencanaan-pedidikan.html/
(05mei 2013 : 21:30 wib)
http://muhfathurrohman.wordpress.com/2012/10/12/perencanaan-sebagai-fungsi-manajemen/
(rabu, 08 mei 2013 13:16)
http://www.docstoc.com/docs/89824126/rangkuman-perencanaan-pendidikan-bab-11
(23
mei 2013 21:30 wib)