MODEL INOVASI MANAJEMEN KELAS BERBASIS EFEKTIFITAS DAN PRODUKTIFITAS
MODEL
INOVASI MANAJEMEN KELAS
BERBASIS
EFEKTIFITAS DAN PRODUKTIFITAS
Oleh : NANANG HIDAYAT, S.Pd.I
NIM : 82321213177
ABSTRAK
Invention
adalah penemuan sesuatu yang benar-benar
baru artinya hasil karya manusia. Discovery adalah penemuan sesuatu (benda yang
sebenarnya telah ada sebelumnya) dengan demikian, inovasi dapat diartikan usaha
menemukan benda yang baru dengan jalan melakukan kegiatan (usaha) invention
dan discovery. Dalam sesuatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok
orang (masyarakat). Inovasi dapat berupa hasil dari
invention atau discovery. Inovasi dilakukan dengan tujuan tertentu atau untuk
memecahkan masalah (Subandiyah 1992 : 80). Proses dan tahapan perubahan itu ada
kaitannya dengan masalah pengembangan (development),
penyebaran (diffusion), diseminasi,
perencanaan (plenning), adopsi (adoption), penerapan dan evaluasi (Subandiyah
1992:77).
Kelas adalah bagian dari sekolah yang menjadi tempat siswa dan guru mewujudkan interaksi
belajar mengajar. Pengelolaan kelas adalah segala aktifitas guru dan wali kelas
bersama siswa untuk menumbuh kembangkan lagi mendinamisasikan organisasi kelas
supaya interaksi belajar mengajar menjadi makin produktif, efektif, efisien
dalam mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran. Tujuan pengelolaan kelas adalah
pendinamisan organisasi kelas dalam penyediaan
fasilitas proses belajar dan penciptaan
interaksi sosial yang
memungkinkan proses belajar mengajar berhasil dengan baik mencapai tujuan pendidikan. Aspek-aspek
pengelolaan kelas tersebut meliputi kegiatan administratif manajemen, kegiatan operatif
manajemen, kepemimpinan guru dan wali kelas.
Kunci keberhasilan inovasi pengelolaan
kelas terletak pada prosedur preventif dan prosedur kuratif yang menjadi bagian dari kompetensi
setiap pengajar
Efektifitas secara etimologi berarti ada efeknya
(akibatnya, pengaruhnya, kesannya) manjur dan mujarab, dapat membawa hasil. Dengan demikian
dalam pengelolaan sekolah, efektifitas berkaitan dengan terlaksananya semua
tugas pokok, tercapainya tujuan, ketepatan waktu dan adanya partisipasi aktif
dari masyarakat, mendapatkan serta memanfaatkan sumber daya dan sumber belajar
untuk mewujudkan tujuan sekolah.
Prodiktivitas
adalah perbandingan terbaik antara hasil yang diperoleh (out put) dengan
jumlah sumberdaya yang digunakan (input). Di dalam ilmu ekonomi,
produktifitas merupakan nisbah atau rasio antara hasil kegiatan (out put atau
keluaran) dan segala pengorbanan (biaya) untuk mewujudkan hasil tersebut (input
masukan).
Sedangkan dalam konteks perusahaan produktivitas adalah rasio output dan
input suatu proses produksi dalam periode tertentu. Input terdiri dari
manajemen, tenaga kerja, biaya produksi, dan peralatan serta waktu.
Output meliputi produksi, produk penjualan, pendapatan, pangsa pasar, dan
kerusakan produk. Dalam perspektif normatif, pengertian produktivitas adalah
kalau hari ini karyawan lebih baik dari kemarin dan hari esok lebih baik dari
sekarang.
.Kata Kunci : Inovasi,manajemen
kelas,efektifitas dan produktifitas
PENDAHULUAN
Berbicara mengenai inovasi (pembaharuan)
mengingatkan kita pada istilah invention dan discovery. Invention adalah
penemuan sesuatu yang benar-benar baru artinya hasil karya manusia. Discovery
adalah penemuan sesuatu (benda yang sebenarnya telah ada sebelumnya) dengan
demikian, inovasi dapat diartikan usaha menemukan benda yang baru dengan jalan melakukan kegiatan (usaha) invention dan discovery. Dalam sesuatu hal yang
baru
bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat).
Inovasi dapat berupa hasil dari invention atau discovery. Inovasi dilakukan
dengan tujuan tertentu atau untuk
memecahkan masalah (Subandiyah 1992 : 80). Proses dan tahapan perubahan itu ada kaitannya dengan masalah pengembangan
(development), penyebaran (diffusion), diseminasi, perencanaan (plenning),
adopsi (adoption), penerapan dan evaluasi (Subandiyah 1992:77).
Berbagai keunikan dapat dijumpai dalam ruang pembelajaran, seperti dari aspek
fisik kelas, aspek psikis pelajar, aspek sosiologis pelajar,
dan lain-lain. Seluruh aspek itu perlu disikapi secara positif oleh pengajar
dan dikelola secara inovatif dari waktu ke waktu untuk mewujudkan kondisi
dinamis yang berlangsung dalam kelas yang mendorong terciptanya kerja sama sekaligus
persaingan yang sportif di antara para pelajar untuk meraih prestasi belajar
secara optimal. Hubungan sosial di kelas
seperti itu dapat menjadi motivator belajar mereka yang kondusif lagi efektif
untuk semakin self activity dan self control dalam meniti taraf perkembangan
yang makin tampak dewasa.
Sekolah merupakan lembaga pendidikan kedua setelah keluarga (rumah tangga).
Peranan sekolah sebagai lembaga pendidikan adalah membantu mengembangkan potensi
manusiawi yang dimiliki siswa, supaya mampu menjalani tugas-tugas kehidupan,
baik secara individual maupun sosial. Dalam pandangan Nawawi (1989:26) ,
“… bantuan sekolah dalam pendidikan
tidak mungkin mengurangi arti dan peranan keluarga dalam mendewasakan
anak-anak”.
Menurut Nawawi (1989:115), “sekolah sebagai organisasi kerja terdiri atas
beberapa kelas, baik yang bersifat paralel maupun yang menunjukkan
perjenjangan”. Setiap kelas mempunyai kekhususan sendiri-sendiri. Guru atau
wali kelas adalah orang yang ditunjuk
untuk mengelola dan memajukan kelas yang dipimpinnya yang berpengaruh pada
perkembangan kemajuan sekolah secara keseluruhan. Lebih lanjut oleh Nawawi ( 1989:
117 )
ditegaskan, bahwa “sekolah dan kelas diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam mendidik siswa,
yang tidak harus didewasakan dari aspek intelektualnya saja, akan tetapi dalam
seluruh aspek kepribadiannya”.
Sehari-hari, guru merupakan orang yang paling dekat dengan siswa dalam upaya
pendidikan. Guru harus dapat mengantarkan siswa mengembangkan potensi yang
dimilikinya. Bersamaan dengan itu, guru harus dapat mempengaruhi dan memiliki
sifat kasih sayang terhadap seluruh siswa dan memberi teladan yang baik bagi
mereka. Ketika berada di kelas, tugas
utama guru dan wali kelas adalah mengelola kelas, menciptakan suasana di kelas
yang memungkinkan terjadi interaksi belajar mengajar, sekaligus berusaha semaksimal mungkin memperbaiki dan
meningkatkan belajar siswa. Secara akademis, ini semua amat menarik perhatian
penulis untuk mengkajinya dengan lebih mendalam
agar hasilnya menjadi masukan bagi para pengajar dalam menyemangati kinerjanya
bersama para pelajar untuk lebih mampu meningkatkan efektifitas pembelajaran sehingga tujuan-tujuan yang
dicanangkan dalam satuan pelajaran dapat dicapai secara tepat, efektif dan
efisien.
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Manajemen Kelas
Manajemen dari kata “Management “. Diterjemahkan pula menjadi pengelolaan,
berarti proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran.
Sedangkanpengelolaan adalah proses yang memberikan pengawasan pada semua hal
yang terlibat dalam pelaksanaan dan pencapaian tujuan. Maksud manajemen kelas
adalah mengacu kepada penciptaan suasana atau kondisi kelas yang memungkinkan
siswa dalam kelas tersebut dapat belajar dengan efektif.Beberapa definisi
tentang manajemen kelas diantaranya:
1.
Berdasarkan Konsepsi Lama Dan Modern
Menurut konsepsi lama, manajemen kelas diartikan sebagai upaya mempertahankan
ketertiban kelas. Menurut konsepsi modern manajemen kelas adalah proses seleksi
yang menggunakan alat yang tetap terhadap problem dan situasi manajemen kelas
(Lois V. Jhonson dan Mary Bany, 1970)
2.
Berdasarkan Pandangan Pendekatan Operasional Tertentu
( Disarikan dari Wilford A. Weber 1986 )
a)
Seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan
mempertahankan ketertiban suasana kelas melalui penggunaan disiplin (Pendekatan
Otoriter).
b)
Seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan
mempertahankan ketertiban suasana kelas melalui intimidasi (Pendekatan
Intimidasi).
c)
Seperangkat kegiatan guru untuk memaksimalkan
kebebasan siswa (Pendekatan Permisif).
d)
Seperangkat kegiatan guru menciptakan suasana kelas
dengan cara mengikuti petunjuk/resep yang telah disajikan (Pendekatan Masak).
e)
Seperangkat kegiataan guru untuk menciptakan suasana
kelas yang efektif melalui perencanaan pembelajaran yang bermutu dan
dilaksanakan dengan baik (Pendekatan Instruksional).
f)
Seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan tingkah
laku peserta didik yang diinginkan dengan mengurangi tingkah laku yang tidak
diinginkan (Pendekatan Pengubahan Tingkah Laku).
g)
Seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan hubungan
interpersional yang baik dan iklim sosio-emosional kelas yang positif
(Pendekatan Penciptaan Iklim Sosioemosional).
h)
Seperangkat kegiatan guru untuk menumbuhkan dan
mempertahankan organisasi kelas yang efektif (Pendekatan Sistem Sosial)
a.
Tujuan, Aspek, Fungsi Manajemen Kelas
1. Tujuan Manajemen Kelas
a)
Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, bai sebagai
lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar, yang memungkinkan peserta
didik untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.
b)
Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi
terwujudnya interaksi pembelajaran.
c)
Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot
belajar yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan
sosial, emosional dan intelektual siswa dalam kelas.
d) Membina dan
membimbing siswa sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya serta
sifat-sifat individunya ( Dirjen PUOD
dan Dirjen Dikdasmen tahun 1996 : 2 )
2. Aspek, Fungsi Manajemen Kelas.
Manajemen kelas merupakan keterampilan yang harus dimiliki guru dalam
memutuskan, memahami, mendiaknosis dan kemampuan bertindak menuju perbaikan
suasana kelas terhadap aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam manajenen
kelas adalah sifat kelas, pendorong kekuatan kelas, situasi kelas, tindakan
seleksi dan kreatif ( Lois
V.Johnson dan Mary A.Bany, 1970 ).
a)
Manajemen kelas selain memberi makna penting bagi tercipta
dan terpeliharanya kondisi kelas yang optimal, manajenen kelas berfungsi : Memberi
dan melengkapi fasilitas untuk segala
macam tugas seperti : membantu kelompok dalam pembagian tugas, membantu
pembentukan kelompok, membantu kerjasama dalam menemukan tujuan-tujuan
organisasi, membantu individu agar dapat bekerjasama dengan kelompok atau
kelas, membantu prosedur kerja, merubah kondisi kelas.
b)
Memelihara agar tugas-tugas itu dapat berjalan lancar.
Masalah manajenen kelas dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu :
masalah individual dan masalah kelompok.
b.
Prinsip-prinsip dalam Manajemen Kelas
Secara umum faktor yang mempengaruhi manajemen kelas dibagi menjadi dua
golongan yaitu, faktor intern dan faktor ekstern siswa.” (Djamarah 2006:184). Faktor
intern siswa berhubungan dengan masalah emosi, pikiran, dan perilaku.
Kepribadian siswa denga ciri-ciri khasnya masing-masing menyebabkan siswa
berbeda dari siswa lainnya sacara individual. Perbedaan sacara individual ini
dilihat dari segi aspek yaitu
perbedaan biologis, intelektual, dan psikologis.
Faktor ekstern siswa terkait dengan masalah suasana lingkungan belajar,
penempatan siswa, pengelompokan siswa, jumlah siswa, dan sebagainya. Masalah
jumlah siswa di kelas akan mewarnai dinamika kelas. Semakin banyak jumlah siswa
di kelas, misalnya dua puluh orang ke atas akan cenderung lebih mudah terjadi
konflik. Sebaliknya semakin sedikit jumlah siswa di kelas cenderung lebih kecil
terjadi konflik.
Djamarah (2006:185) menyebutkan “Dalam memperkecil masalah gangguan dalam pengelolaan kelas dapat dipergunakan.”
Prinsip-prinsip pengelolaan kelas yang dikemukakan oleh Djamarah adalah sebagai
berikut.
1.
Hangat dan Antusias
Hangat dan Antusias diperlukan dalam proses belajar mengajar. Guru yang
hangat dan akrab pada anak didik
selalu menunjukkan antusias pada tugasnya atau pada aktifitasnya akan berhasil dalam
mengimplementasikan pengelolaan kelas.
2.
Tantangan
Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja, atau bahan-bahan yang menantang akan meningkatkan gairah siswa
untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang
menyimpang.
3.
Bervariasi
Penggunaan alat atau media, gaya mengajar guru, pola interaksi antara guru dan anak
didik akan mengurangi munculnya gangguan, meningkatkan perhatian siswa.
Kevariasian ini merupakan kunci untuk tercapainya pengelolaan kelas yang
efektif menghindari kejenuhan.
4.
Keluwesan
Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan siswa
serta menciptakan iklim belajarmengajar yang efektif. Keluwesan pengajaran
dapat mencegah munculnya gangguan seperti keributan siswa, tidak ada perhatian,
tidak mengerjakan tugas dan sebagainya.
5.
Penekanan pada hal-hal yang
positif
Pada dasarnya dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan pada
hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian pada hal-hal yang
negative. Penekanan pada hal-hal yang positif yaitu penekanan yang dilakukan guru terhadap tingkah laku siswa
yang positif daripada mengomeli tingkah laku yang negatif. Penekanan tersebut
dapat dilakukan dengan pemberian penguatan yang positif dan kesadaran guru
untuk menghindari kesalahan yang dapat mengganggu jalannya proses belajar
mengajar.
6.
Penanaman Disiplin Diri
Tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah anak didik dapat mengembangkan
dislipin diri sendiri dan guru sendiri hendaknya menjadi teladan mengendalikan diri dan pelaksanaan
tanggung jawab. Jadi, guru harus disiplin
dalam segala hal bila ingin anak didiknya ikut berdisiplin dalam segala hal.
c. Pendekatan
dalam Manajemen Kelas
Manajemen kelas bukanlah masalah yang berdiri sendiri, tetapi terkait dengan berbagai faktor.
Permasalahan anak didik adalah faktor utama yang dilakukan guru tidak
lain adalah untuk meningkatkan kegairahan siswa baik secara berkelompok maupun secara individual.
Keharmonisan hubungan guru dan anak didik, tingginya kerjasama diantara siswa tersimpul dalam bentuk
interaksi. Lahirnya interaksi yang optimal
bergantung dari pendekatan yang guru lakukan dalam rangka
pengelolaan kelas. (Djamarah 2006:179)
Berbagai pendekatan tersebut adalah seperti dalam uraian berikut:
1.
Pendekatan Kekuasaan
Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah
laku anak didik. Peranan guru disini adalah menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin dalam kelas.
Kedisiplinan adalah kekuatan yang menuntut kepada anak didik untuk
mentaatinya. Di dalamnya ada kekuasaan dan norma yang mengikat untuk ditaati
anggota kelas. Melalui kekuasaan dalam bentuk norma itu guru mendekatinya.
2.
Pendekatan Ancaman
Dari pendekatan ancaman atau intimidasi ini, pengelolaan kelas adalah juga
sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Tetapi dalam
mengontrol tingkah laku anak didik dilakukan dengan cara memberi ancaman, misalnya melarang, ejekan, sindiran, dan memaksa.
3.
Pendekatan Kebebasan
Pengelolaan diartikan secara suatu proses untuk membantu anak didik agar merasa bebas untuk mengerjakan
sesuatu kapan saja dan dimana saja. Peranan guru adalah mengusahakan semaksimal mungkin
kebebasan anak didik.
4.
Pendekatan Resep
Pendekatan resep (cook book) ini dilakukan dengan memberi satu daftar yang dapat menggambarkan apa yang harus dan apa yang
tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam
mereaksi semua masalah atau situasi yang terjadi di kelas. Dalam daftar itu
digambarkan tahap demi tahap apa yang harus dikerjakan oleh guru. Peranan guru
hanyalah mengikuti petunjuk seperti yang tertulis dalam resep.
5.
Pendekatan Pengajaran
Pendekatan ini didasarkan atas suatu anggapan bahwa dalam suatu perencanaan dan pelaksanaan akan
mencegah munculnya masalah tingkah laku
anak didik, dan memecahkan masalah itu
bila tidak bisa dicegah. Pendekatan ini menganjurkan tingkah laku guru dalam
mengajar untuk mencegah dan menghentikan
tingkah laku anak didik yang kurang baik. Peranan guru adalah merencanakan dan
mengimplementasikan pelajaran yang baik.
6.
Pendekatan Perubahan Tingkah
Laku
Sesuai dengan namanya, pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses
untuk mengubah tingkah laku anak didik. Peranan guru adalah mengembangkan tingkah laku anak didik yang
baik, dan mencegah tingkah laku yang kurang baik. Pendekatan berdasarkan
perubahan tingkah laku (behavior modification approach) ini bertolak dari sudut
pandangan psikologi behavioral.
Program atau kegiatan yang yang mengakibatkan timbulnya tingkah laku yang
kurang baik, harus diusahakan menghindarinya sebagai penguatan negatif yang
pada suatu saat akan hilang dari tingkah laku siswa atau guru yang menjadi
anggota kelasnya. Untuk itu, menurut
pendekatan tingkah laku yang baik atau positif harus dirangsang dengan memberikan pujian atau hadiah yang
menimbulkan perasaan senang atau puas.
Sebaliknya, tingkah laku yang kurang baik dalam melaksanakan program kelas
diberi sanksi atau hukuman yang akan menimbulkan perasaan tidak puas dan pada
gilirannya tingkah laku tersebut akan dihindari.
7.
Pendekatan Sosio-Emosional
Pendekatan sosio-emosional akan tercapai secarta maksimal apabila hubungan
antar pribadi yang baik berkembang di dalam kelas. Hubungan tersebut meliputi
hubungan antara guru dan siswa serta hubungan antar siswa. Didalam hal ini guru
merupakan kunci pengembangan hubungan tersebut. Oleh karena itu seharusnya guru
mengembangkan iklim kelas yang baik melalui pemeliharaan hubungan antar pribadi
di kelas. Untuk terrciptanya hubungan guru dengan siswa yang positif, sikap
mengerti dan sikap ngayomi atau sikap melindungi.
8.
Pendekatan Kerja Kelompok
Dalam pendekatan ini, peran guru adalah mendorong perkembangan dan kerja
sama kelompok. Pengelolaan kelas dengan proses kelompok memerlukan kemampuan
guru untuk menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan kelompok menjadi
kelompok yang produktif, dan selain itu guru harus pula dapat menjaga kondisi
itu agar tetap baik. Untuk menjaga kondisi kelas tersebut guru harus dapat
mempertahankan semangat yang tinggi, mengatasi konflik, dan mengurangi
masalah-masalah pengelolaan.
9.
Pendekatan Elektis atau
Pluralistik
Pendekatan elektis (electic approach) ini menekankan pada potensialitas,
kreatifitas, dan inisiatif wali atau guru kelas dalam memilih berbagai
pendekatan tersebut berdasarkan situasi yang dihadapinya. Penggunaan pendekatan
itu dalam suatu situasi mungkin dipergunakan salah satu dan dalam situasi lain
mungkin harus mengkombinasikan dan atau ketiga pendekatan tersebut. Pendekatan
elektis disebut juga pendekatan pluralistik, yaitu pengelolaan kelas yang
berusaha menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk
dapat menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi memungkinkan proses belajar
mengajar berjalan efektif dan efisien. Guru memilih dan menggabungkan secara
bebas pendekatan tersebut sesuai dengan kemampuan dan selama maksud dan
penggunaannnya untuk pengelolaan kelas disini adalah suatu set (rumpun)
kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang memberi
kemungkinan proses belajar mengajar berjalan secara efektif dan efisien
B. EFEKTIFITAS
Efektifitas secara
etimologi berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya) manjur dan
mujarab, dapat membawa hasil.
Dengan demikian
dalam pengelolaan sekolah, efektifitas berkaitan dengan terlaksananya semua
tugas pokok, tercapainya tujuan, ketepatan waktu dan adanya partisipasi aktif
dari masyarakat, mendapatkan serta memanfaatkan sumber daya dan sumber belajar
untuk mewujudkan tujuan sekolah.
Efektifitas
pendidikan dalam setiap tahapannya berproses pada das sollen dan das sein
dengan indikator-indikator sebagai berikut.
1.
Indikator
input, meliputi karakteristik guru, fasilitas, perlengkapan dan materi
pendidikan serta kapasitas manajemen.
2.
Indikator
proses, meliputi prilaku administratif, alokasi waktu guru, dan alokasi waktu
peserta didik.
3.
Indikator out put, berupa hasil-hasil dalam bentuk perolehan peserta didik
meliputi hasil prestasi belajar, sikap, keadilan dan persamaan.
4.
Indikator out come, meliputi jumlah lulusan ketingkat pendidikan
berikutnya, prestasi belajar di sekolah yang lebih tinggi dan pekerjaan serta
pendapatan .
Efektifitas sekolah merupakan
fenomena yang mengandung banyak segi. Sedikit sekali orang yang dapat
memaksimalkan keefektifitasan sesuai dengan keefektifitasan itu sendiri atau
dapat dikatakan sebagai konsepsi yang amat bersifat esklusive yang harus
didefinisikan secara jelas.
Secara umum teori keektifitasan
berorentasi pada tujuan. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan ahli
tentang keefektifan seperti yang ditengahkan Etzioni bahwa keefektifan adalah
derajat dimana organisasi mencapai tujuan, sedangkan menurut Steert keefektifan
adalah menekankan perhatian pada kesesuaian hasil yang dicapai organisasi
dengan tujuan yang akan dicapai, dan menurut Sergovani keefektifan organisasi
adalah kesesuaian hasil yang dicapai organisasi dengan tujuan.
Efektifitas menunjukkan
ketercapaian sasaran / tujuan yang telah ditetapkan. Efektifitas organisasi
merupakan kemampuan organisasi untuk merealisasikan berbagai tujuan dan
kemampuanya untuk beradaptasi dengan lingkungan dan mampu bertahan untuk tetap
hidup.
Organissi yang betul-betul
efektif adalah organisasi yang mampu menciptakan suasana kerja. Dimana
para pekerja tidak hanya melaksanakan tugas yang telah dibebankan
kepadanya, tetapi juga membuat suasana supaya pekerja lebih bertanggung jawab,
tidak secara kreatif demi peningkatan secara efisien dalam usaha mencapai
tujuan.
Efektifitas menunjukkan
ketercapian sasaran / tujuan yang telah ditetapkan. Efektifitas sekolah
terdiri dari dimensi manajemen dan kepemimpinan sekolah, guru, tenaga pendidik,
dan personel lainya: siswa, kurikulun, sarana–prasarana, pengelolaan kelas,
hubungan sekolah dan masyarakat; pengelolaan bidang khusus lainya hasil
nyatanya merujuk kepada hasil yang diharapkan bahkan menunjukkan kedekatan /
kemiripan antara hasil nyata dengan hasil yang diharapkan. Efektivitas dapat
juga di telaah dari :
1. Masukan yang merata
2.
Keluaran yang
banyak dan bermutu tinggi
3.
Ilmu dan keluaran
yang relevan dengan kebutuhan masyarakat yang sedang membangun
4.
Pendapatan
lulusan yang memadai.
Sedangkan beberapa hal yang
mempengaruhi efektifitas belajar adalah minat dan bakat, motivasi belajar,
tujuan yang hendak dicapai, cara belajar, perrencanaan kegiatan akademik dan
disiplin diri.
Makmun menegaskan bahwa
efektifitas sekolah pada dasarnya menunujukkan tingkat kesesuaian antara hasil
yang dicapai (achuevemen atau observed out put) dengan hasil yang diharapkan (objectives,
targets, intended oiy put) sebagaiman telah ditetapkan. Parameternya dapat
dinyatakan sebagai angka nilai rasio antara jumlah hasil (kelulusan, produk
jasa, produk barang, dan sebagainya) yang dicapai dalam kurun waktu tertentu
berbanding dengan jumlah (unsur yang serupa) yang memproyeksikan atau di
tergetkan dalam kurun waktu tersebut.
C. PRODUKTIVITAS
Prodiktivitas adalah perbandingan
terbaik antara hasil yang diperoleh (out put) dengan jumlah sumberdaya
yang digunakan (input). Di dalam ilmu ekonomi, produktifitas merupakan nisbah
atau rasio antara hasil kegiatan (out put atau keluaran) dan segala pengorbanan
(biaya) untuk mewujudkan hasil tersebut (input masukan). Sedangkan dalam
konteks perusahaan produktivitas adalah rasio output dan input suatu proses
produksi dalam periode tertentu. Input terdiri dari manajemen,
tenaga kerja, biaya produksi, dan peralatan serta waktu. Output meliputi
produksi, produk penjualan, pendapatan, pangsa pasar, dan kerusakan produk.
Dalam perspektif normatif, pengertian produktivitas adalah kalau hari ini
karyawan lebih baik dari kemarin dan hari esok lebih baik dari sekarang.
Produktivitas dapat dinyatakan
secara kuantitas maupun kualitas. Kuantitas out put berupa jumlah
tamatan, kuantitas input berupa jumlah tenaga-tenaga kerja sekolah, dan
sumberdaya selebihnya (uang, peralatan, perlengkapan, bahan, dan sebagainya).
Produktivitas dalam ukuran kualitas tidak dapat diukur dengan uang.
Produktivitas ini digambarkan dari ketepatan menggunakan metode dan alat yang
tersedia sehingga volume dan beban kerja dapat disesuaikan dengan waktu yang
tersedia dan mendapatkan respon positif bahkan pujian dari orang lain dari
hasil kerjanya.
Dalam konteks manajemen produktivitas
sangat berkaitan dengan peningkatan mutu pendidikan. Shrode dan Voich seperti
yang dikutip Fatah, mengatakan bahwa tujuan utama manajemen adalah
produktivitas dan kepuasan. Mungkin saja tujuan ini tidak tunggal bahkan jamak
atau rangkap, seperti peningkatan mutu pendidikan/ lulusannya, keuntungan/ profit yang tinggi, pemenuhan kesempatan kerja, pembangunan
daerah/nasional, tanggung jawab sosial. Tujuan-tujuan
ini ditentukan berdasarkan penataan dan pengkajian terhadap situasi dan kondisi
organisasi, seperti kekuatan dan kelemahan, peluang dan ancaman.
Apabila produktivitas merupakan
tujuan, maka perlu dipahami makna produktivitas itu sendiri. Fatah membatasi
produktivitas sebagai ukuran kuantitas dan kualitas kinerja dengan
mempertimbangkan kemanfaatan sumber daya. Produktivitas itu sendiri dipengaruhi
perkembangan bahan, teknologi, dan kinerja manusia. Pengertian konsep
produktivitas berkembang dari pengertian teknis sampai dengan perilaku.
Produktifitas dalam
dunia pendidikan berkaitan dengan keseluruhan proses penataan dan penggunaan
sumber daya manusia untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan
efisien. Thomas dalam Mulyasa mengemukakan bahwa produktifitas pendidikan dapat
ditinjau dari 3 dimensi sebagai berikut:
1.
Meninjau
produktifitas sekolah dari segi keluaran administratif, yaitu seberapa besar
dan seberapa baik layanan yang dapat diberikan dalam proses pendidikan, baik
oleh guru kepala sekolah maupun pihak lain yang berkepentingan.
2.
Meninjau
produktifitas dari segi keluaran perubahan prilaku, dengan melihat nilai-nilai
yang diperoleh peserta didik sebagai suatu gambaran prestasi akademik yang
telah dicapainya dalam periode belajar tertentu di sekolah.
3.
Melihat
produktifitas sekolah dari keluaran ekonomis yang berkaitan dengan pembiayaan
layanan pendidikan di sekolah. Hal ini mencakup “harga” layanan yang diberikan
(pengorbanan atau cost) dan “perolehan” yang ditimbulkan oleh layanan itu atau
disebut “peningkatan nilai baik“.
Kajian dari pendidikan secara
lebih komprehensif adalah keluaran yang banyak dan bermutu dari
tiap-tiap fungsi atau peranan penyelenggaraan sekolah, seperti dijelaskan
Thomas yang mengemukakan tiga (3) pendekatan mengukur produktivitas, yaitu
sebagai berikut.
1.
The Administrator’s Produck
Function memfokuskan pada tatanan lembaga
dalam mekanisme kepemimpinan dan managemen yang memberikan perhatian pada
kepuasan pelanggan, terutama pada peran pemimpin satuan pendidikan dalam
memberikan layanan terhadp consumer. Semakin banyak dan semakin
memuaskan pelayanan yang diberikan lembaga terhadap consumer maka
semakin produktif lembaga terebut. Dalam kualitas pelayanan, harapan pelanggan
merupakan standar nilai atau patokan referensi untut menentukan performa kulitas pelayanan. Menurut Parasuraman terdapat lima
(5) penentu kualitas pelayanan (Service Quality).
a.
Tangibles, adalah penampilan fisik, peralatan, personal, dan materi komunikasi
b.
Reliabelity, adalah kemampuan untuk menyelenggarakan atau menyampaikan pelayanan dengan
tepat dan terpercaya.
c.
Responsivinees, keinginan membantu atau menolong pelanggan dengan menyediakan pelayanan
yang tepat.
d.
Assurance, adalah kapabilitas para personal yang menguasai pekerjaan dan kesantunan
budi pekerti dalam memberikan pelayanan menimbulkan sikap percaya dan keyakinan
terhadap produk/jasa yang diberikan. Assurance pelayanan mencangkup competense,
yaitu pengetahuan dan kemampuan personal dalam menyampaikan jasa; courtesy
yaitu keramahan, persabatan, dan memberikan penghargaan dalam berhubungan; credibility
yaitu memberikan pelayanan dan memegang teguh kepercayaan dan keyakinan
pelanggan; security yaitu pelayanan harus bebas resiko bahaya dan
keraguan.
e.
Emphaty, adalah kemampuan
perusahaan yang dilakukan langsung oleh karyawan untuk memberikan perhatian
kepada konsumen secara individu, termasuk juga kepekaan akan kebutuhan
konsumen. Jadi komponen dari dimensi ini merupakan gabungan dari akses (access)
yaitu kemudahan untuk memanfaatkan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan,
komunikasi merupakan kemampuan melakukan untuk menyampaikan informasi kepada
konsumen atau memperoleh masukan dari konsumen dan pemahaman merupakan usaha
untuk mengetahui dan memahami kebutuhan dan keinginan konsumen.
2.
The Psychology production
Function menitikberatkan pada perubahan
perilaku peserta didik sebagai hasil belajar. Produktivitas dapat diukur dari
perilaku siswa, hasil dari proses mengajar yang memenuhi kebutuhan belajar
siswa secara karakteristik dan tugas siswa serta mengembangkan potensi awal
secara menyeluruh.
Karakteristik mutu proses ditinjau dari siswa yang belajar adalah proses
pendidikan yang bermutu menempatkan hak dan kewajiban siswa (pupil right and
responsibillty) dalam posisi yang penting, terutama untuk menjamin
peningkatan harga diri siswa (raising pupil self esteem). Sekolah
memasukkan dimensi ini sebagai program kerja dan aturan sekolah agar
disosialisasikan dalam kehidupan sekolah sehingga siswa sadar akan tanggung
jawabnya di sekolah dan menjalankan semua kewajibanya. Di samping itu,
kesadaran akan hak dan tanggung jawab siswa dan sekolah memudahkan dalam
mengontrol perilaku-perilaku yang baik atau menyimpang secara kelembagaan dan
dijadikan sebagai control of work.
3.
The Economist’s
Production Function adalah mengukur produktivitas
dari benefit atau keuntungan yang diperoleh siswa setelah melakukan
pengorbanan waktu, tenaga, uang, dan yang lainya. Pendidikan dalam hal ini
dipandang sebagai human capital atau penanaman sumber daya manusia yang
menghasilkan manfaat luar biasa.
Dari aspek
ekonomi pendidikan dianggap sebagai investasi yang dapat dikaji dari biaya
produksi (proses pendidikan) dan aspek keuntungan (hasil) atau manfaat secara
perorangan maupun manfaat sosial. Pendidikan yang produktif adalah pendidikan
yang memiliki benefit terhadap individu yang melakukan berupa kemampuan,
keahlian yang relevan dengan kehidupan dan dapat menolong diri dan keluarga
dalam kehidupanya. Pendidikan yang produktif mampu menciptakan keuntungan
sosial atau social benefit sebagai akibat seluruh lulusan untuk
menciptakan kehidupan yang bermutu dan menguntungkan lingkungan.
Investasi human
capital merupakan investasi sumberdaya manusia yang mempunyai peranan
penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Pendidikan diyakini sebagai
bentuk investasi sumber daya manusia yang mampu meningkatkan produktivitas,
baik dibidang pendidikan maupun pertumbuhan ekonomi.
Gary mengatakan
bahwa human capital bukan berarti mengeksploitasi manusia secara
membabi buta, tatapi melihat analisis investasi manusia secara luas dan
terarah. Memakai konsep human capital bukanlah memperlakukan manusia
seperti benda mati (mesin atau alat), tetapi manusia adalah investasi yang
terus menerus harus dikembangkan. Dalam teori human capital, pendidikan atau
latihan yang harus dilakukan organisasi atau individuakan berdampak pada
peningkatan pengetahuan, ketrampilan, dan produktifitas di masa kini dan yang
akan datang. Hal ini menunjukan adanya hubungan yang positif antara investasi human
capital dengan hasil pendidikan dan latihan.
KESIMPULAN
Inovasi
pendidikan sebagai usaha perubahan pendidikan tidak bisa berdiri sendiri, tapi
harus melibatkan semua unsur yang terkait di dalamnya seperti inovator, penyelenggara inovasi seperti guru dan siswa.
Disamping itu, keberhasilan inovasi pendidikan
tidak saja ditentukan oleh satu atau dua faktor saja, tetapi juga oleh
masyarakat serta kelengkapan fasilitas. Inovasi pendidikan yang berupa top down
model tidak selamanya bisa berhasil
dengan baik. Hal ini disebabkan oleh banyak hal antara lain adalah penolakan
para pelaksana seperti guru yang tidak dilibatkan secara penuh baik dalam
perencanaanmaupun pelaksanaannya. Sementara itu inovasi yang lebih berupa bottom up model dianggap sebagai suatu
inovasi yang langgeng dan tidak mudah berhenti karena para pelaksana dan
pencetus sama-sama terlibat mulai dari perencanaan sampai pada pelaksanaan.
Oleh karena itu mereka masing masing bertanggung jawab terhadap keberhasilan suatu inovasi yang mereka
ciptakan.
1.
Dalam era kemandirian sekolah, tugas dan tanggung
jawab yang pertama dan yang utama dari pimpinan sekolah adalah menciptakan
sekolah yang mereka pimpin menjadi semakin efektif, produktif, dan efisien
dalam arti semakin bermanfaat bagi sekoah itu sendiri dan bagi masyarakat luas
penggunanya
2.
Efektifitas
secara etimologi berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya) manjur
dan mujarab, dapat membawa hasil.
3.
Efektifitas
pendidikan dalam setiap tahapannya berproses pada das sollen dan das sein
dengan indikator-indikator sebagai berikut:
a)
Indikator
input, meliputi karakteristik guru, fasilitas, perlengkapan dan materi
pendidikan serta kapasitas manajemen.
b)
Indikator
proses, meliputi prilaku administratif, alokasi waktu guru, dan alokasi waktu
peserta didik.
c)
Indikator out put, berupa hasil-hasil dalam bentuk perolehan peserta didik
meliputi hasil prestasi belajar, sikap, keadilan dan persamaan.
d)
Indikator out come, meliputi jumlah lulusan ketingkat pendidikan berikutnya,
prestasi belajar di sekolah yang lebih tinggi dan pekerjaan serta pendapatan.
4.
Efektifitas dapat
juga di telaah dari :
·
Masukan yang
merata
·
Keluaran yang
banyak dan bermutu tinggi
·
Ilmu dan
keluaran yang relevan dengan kebutuhan masyarakat yang sedang membangun
·
Pendapatan lulusan
yang memadai.
5.
Suatu kegiatan
dikatakan efisien bila tujuan dapat di capai secara maksimal dengan penggunaan atau pemakaian sumber daya yang minimal.
6.
Prodiktivitas
adalah perbandingan terbaik antara hasil yang diperoleh (out put) dengan
jumlah sumberdaya yang digunakan (input).
7.
Di dalam ilmu
ekonomi, produktifitas merupakan nisbah atau rasio antara hasil kegiatan (out put atau keluaran) dan segala pengorbanan (biaya) untuk mewujudkan
hasil tersebut (input masukan).
8.
Sedangkan dalam
konteks perusahaan produktivitas adalah rasio output dan input suatu proses produksi dalam periode tertentu. Input terdiri dari
manajemen, tenaga kerja, biaya produksi,
dan peralatan serta waktu. Output meliputi produksi, produk penjualan, pendapatan,
pangsa pasar, dan kerusakan produk
9.
ada tiga (3)
pendekatan untuk mengukur produktivitas, diantaranya adalah:
a)
The
Administrator’s Produck Function : memfokuskan pada tatanan lembaga dalam mekanisme kepemimpinan dan managemen
yang memberikan perhatian pada kepuasan pelanggan, terutama pada peran pemimpin
satuan pendidikan dalam memberikan layanan terhadp consumer.
b)
The Psychology
production Function menitikberatkan pada perubahan
perilaku peserta didik sebagai hasil belajar.
c)
The Economist’s
Production Function adalah mengukur produktivitas
dari benefit atau keuntungan yang diperoleh siswa setelah melakukan
pengorbanan waktu, tenaga, uang, dan yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Arcoro, Jerome S, Pendidikan
Berbasis Mutu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2006.
http://mawardiumm.blogspot.com/2008/02/efektivitas-efisiensi-dan-produktivitas.html
Komariah, Aan, Visionary
Leadership. Jakarta; Bumi Aksara, 2005.
Nasution, Manajemen Mutu
TerpaduI. Bogor: Galia Indonesia, 2005.
Santoso, Tomas B, Manajemen
Sekolah Masa Kini, Pendidikan Net Work.
Sudarman, Paryati, Belajar
Efektif Di Perguruan Tinggi. Bandung: Remaja Rosdakarya,
Arikunto, Suharsimi. 2003. Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi. Jakarta:
Rineka Cipta.
Djamaroh , Saiful Bahri dan Aswan Zain. 2007. Prestasi
Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional.
Indrakusuma , Amier Daien, 1990. Administrasi Sekolah I, Paket 2 Organisasi
Pendidikan. Malang: FIP IKIP Malang
Nawawi, Hadari . 2007. Organisasi Sekolah dan
Pengelolaan Kelas Sebagai Lembaga Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Rohmad, Ali. 2004. Kapita Selekta pendidikan .
Tulungagung: STAIN Tulungagung.
Shulhan, Muwahid. 2000. Administrasi Pendidikan,
Tulungagung: STAIN Tulungagung.
Soetopo, Hendyat dan Wasti Soemanto. 1992. Pengantar
Operasional Administrasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Sudirman N, et.all. 2001. Ilmu Pendidikan.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa
Sebuah Pendekatan Evaluatif, CV. Rajawali, Jakarta, 1986
Usman , Moh. Uzer. 2004. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.

Data Pribadi
Nama :
NANANG HIDAYAT,S.Pd.I
Alamat : Dusun Kedawung Rt.08. Rw 02 .Desa Sidaharja Kecamatan Lakbok Kabupaten Ciamis - Jawa Barat
Kode Post : 46385
Nomor Telepon : 082316798142
Jenis
Kelamin :
Laki-laki
Tanggal
Kelahiran :
Ciamis, 26 April 1972
Status
Marital :
Menikah
Warga
Negara :
Indonesia
Agama
:
Islam
Pendidikan
2007-2010 IAILM
SURYALAYA TASIKMALAYA
1988-1991 SPG N CIAMIS
1985-1988 SMP N 1 Lakbok
1979-1985 SD N 1 Sidaharja
![]() |
Model
Inovasi Manajemen Kelas
Berbasis
Efektifitas dan Produktifitas
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Individu
Mata Kuliah Inovasi Pendidikan Disampaikan Oleh . Dr.
Kusnandi

DISUSUN OLEH :
NAMA :
NANANG HIDAYAT
NIM :
82321213177
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS GALUH CIAMIS
TAHUN 2014