IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MUTU SEKOLAH



IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
DALAM MENINGKATKAN MUTU SEKOLAH

Oleh
IMUNK AL-MALIK


Abstrak
Penelitian ini dilakukan karena penulis melihat Manajemen Berbasis Sekolah merupakan konsep penataan sekolah sebagai bentuk reformasi pendidikan yang mendisain dan memodifikasi struktur pemerintah ke sekolah dengan pemberdayaan sekolah dalam meningkatkan kualitas nasional. Peran kepala sekolah dalam implementasi manajemen berbasis sekolah untuk meningkatkan mutu sekolah sagatlah penting. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi peran kepala sekolah dalam mengimplementasikan manajeman berbasis sekolah dalam meningkatkan mutu sekolah. Hal ini terkait denga (1) Langkah  kepala  sekolah menyusun  rencana  kerja dalam upaya mempangaruhi guru (2) Kegiatan  kepala  sekolah dalam  mengimplementasikan rencana  kerja di Sekolah (3) Kegiatan  evaluasi  dan  monitoring  yang  dilakukan  oleh kepala  sekolah (4) Faktor  yang mendukung dan  menghambat kepala sekolah dalam  memimpin Sekolah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif perspektif studi kasus untuk mendeskripsikan implementasi manajemen sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan. Analisis  data  dilakukan  melalui  tiga  tahapan  yaitu  meliputi:  reduksi  data, penyajian  data  dan  penarikan  kesimpulan/verifikasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa implementasi manajemen berbasis sekolah dilakukan kepala sekolah dengan melakukan kegiatan penyusunan rencana kerja, pelaksanaan, evaluasi dan monitoring.

Kata kunci : manajemen berbasis sekolah, kepala sekolah dan mutu pendidikan

A.    Pendahuluan
Kepala  sekolah  sebagai  manajer  pendidikan,  mempunyai  peran  yang nyata  dalam  upaya  peningkatan kinerja  guru  dan  kualitas  pendidikan,  kepala sekolah  yang  kurang  tegas,  dan  tidak  konsisten,  sering  menimbulkan  ketidak percayaan guru terhadap kebijakan kepala sekolah yang ditetapkan. Peran kepala sekolah begitu penting dalam menentukan kebijakan dan strategi pendidikan. Terlebih  dengan  adanya  otonomi  daerah,  kepala  sekolah  mempunyai otoritas  dalam  menentukan  arah  kebijakan  sekolah.  Mulyasa (2007: 42) mengatakan bahwa “Pelaksanaan  manajemen berbasis  sekolah  menuntut  kepemimpinan  kepala  sekolah  profesional  yang memiliki  kemampuan  manajerial  dan  integritas  pribadi  untuk  mewujudkan  visi menjadi  aksi,  serta  demokratis  dan  transparan  dalam  berbagai  pengambilan keputusan”.
Keberhasilan kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh  kepemimpinan kepala sekolah dalam mengelola guru, sarana dan prasarana, serta siswa. Guru sebagai  tokoh  sentral  dalam  kelas  perlu  mendapat  perhatian  yang  khusus  serta perlakuan yang istemewa agar guru dapat memaksimalkan perannya. Demikian halnya dengan pengelolaan sarana dan prasarana sekolah dan siswa. Penggunaan sarana  dan  prasarana  sebagai  alat  penunjang  keberhasilan  pendidikan  perlu mendapat  pengelolaan  yang  baik.  Terlebih  dengan  siswa  sebagai  objek pendidikan yang memiliki berbagai macam karakter dan latar belakang tentunya membutuhkan  pengelolaan  yang  baik.  Namun  dalam  kenyataannya  banyak kepala  sekolah  yang  belum  mampu  memaksimalkan  peran  guru,  pengelolaan sarana dan prasarana, serta pengelolaan siswa dengan baik.
Kepala  sekolah  sebagai  seorang  yang  diberi  tugas  untuk memimpin  sekolah  bertanggung  jawab  atas  tercapainya  peran  dan tanggung jawab  sekolah. Wahjosumidjo (2006: 431) mengatakan bahwa “Agar  fungsi  kepemimpinan  kepala  sekolah  berhasil memberdayakan  segala  sumber  daya  sekolah  untuk  mencapai  tujuan  sesuai dengan  situasi,  diperlukan  kemampuan  profesional,  yaitu  kepribadian,  keahlian dasar,  pengalaman  dan  keterampilan  profesional,  pelatihan  dan  pengetahuan profesional,  serta  kompetensi administrasi  dan  pengawasan.
Sebagai seoarang menejer peran kepala sekolah dalam implementasi manajemen berbasis sekolah sangatlah penting. Seperti yang dikatakan Sagala (2004:17) bahwa “Manajemen Berbasis Sekolah merupakan konsep penataan sekolah sebagai bentuk reformasi pendidikan yang mendisain dan memodifikasi struktur pemerintah ke sekolah dengan pemberdayaan sekolah dalam meningkatkan kualitas nasional”.
Mulyasa (2006: 24) mengatakan bahwa “Sistem Manajemen Berbasis Sekolah merupakan suatu sistem yang menunutut agar sekolah dapat secara mandiri menggali, mengalokasikan, menentukan prioritas, mengendalikan dan mempertanggung jawabkan pemberdayaan sumber-sumber, baik kepada masyarakat maupun pemerintah”. Pembelajaran berbasis kompetensi menekankan pembelajaran ke arah penciptaan dan peningkatan serangkaian kemampuan dan potensi siswa agar bisa mengantisipasi tantangan aneka kehidupannya. Sehingga orientasi pembelajaran yang selama ini lebih ditekankan pada aspek ”pengetahuan” dan target ”materi” yang cenderung verbalistis berubah menjadi lebih ditekankan pada aspek ”kompetensi” dan target ”keterampilan”. Tujuannya adalah untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Peningkatan mutu pembelajaran merupakan suatu proses sistematis yang dilakukan secara terus menerus dalam meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dan faktor-faktor yang berkaitan dengan pembelajaran, dengan tujuan agar menjadi target sekolah dapat tercapai.
Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan tenatang langkah  kepala  sekolah menyusun  rencana  kerja dalam upaya mempangaruhi guru  dan  staf untuk  mau  bekerja  sama  agar  mau melakukan  tindakan  dan  perbuatan  dalam  mencapai  tujuan  bersama di Sekolah, kegiatan  kepala  sekolah dalam  mengimplementasikan rencana  kerja di Sekolah, kegiatan  evaluasi  dan  monitoring  yang  dilakukan  oleh kepala  sekolah dan faktor  yang mendukung dan  menghambat kepala sekolah dalam  memimpin Sekolah.

B.     Metode
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif perspektif studi kasus, dimana penelitian ini memandang perilaku manusia, apa yang mereka katakan, dan apa yang mereka lakukan, adalah sebagai suatu produk dari bagaimana orang melakukan tafsir terhadap dunia mereka sendiri. Tugas penelitian kualitatif adalah untuk mengungkap proses tersebut, dan untuk itu diperlukan pemahaman empatik (emphaty), dengan cara merasa berada di dalam diri orang lain yaitu kemampuan untuk peresproduksi diri di dalam pikiran orang, perasaan, motif yang menjadi latarbelakang kegiatannya.  Dengan kata lain, untuk menangkap makna perilaku seseorang, peneliti berusaha untuk melihat segalanya dari pandangan orang yang terlibat dalam situasi yang menjadi sasaran studinya tersebut (participant’s point of view).  Tanpa cara ini, usaha pemahaman mengenai sesuatu yang khusus akan sulit dilakukan (Sutopo, 2002: 25).
Penelitian ini berlangsung mulai bulan Juli sampai dengan bulan Agustus tahun 2014 yang bertempat di SD Negeri se-Kecamatan Pataruman Kota Banjar dengan memilih SD Negeri 2 Pataruman dan SD Negeri 2 Mulyasari sebagai tempat penelitian. Pemilihan lokasi ini adalah berdasarkan pertimbangan lokasi  yang  berlainan,  tetapi  mempunyai  keunggulan dan  kelemahan  yang hampir sama dalam prestasi akademis dibanding sekolah lainnya. Oleh karena itu subyek yang digunakan dalarn penelitian ini bersifat purposive yang disebut purposive sample. Menurut Suharsimi (1997)" purposive sampling dilakukan dengan mengambil subyek bukan didasarkan atas strategi, random atau daerah, tetapi didasarkan adanya tujuan tertentu oleh si peneliti menurut ciri-ciri spesifik yang dimiliki oleh sampel itu"
Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode wawancara, pengamatan berperan serta dan metode dokumentasi. Analisis  data  dilakukan  melalui  tiga  tahapan  yaitu  meliputi:  reduksi  data, penyajian  data  dan  penarikan  kesimpulan/verifikasi. Data  yang  diperoleh  dari  lapangan  akan diolah  dengan  cara  mengumpulkan semua  data  yang  ada.  Data  yang  ada  dikelompokkan,  diseleksi  dan  selanjutnya dianalisis dengan menggunakan metode kualitatif,  artinya  mengelompokkan  dan  menyeleksi  data  yang  diperoleh  dari penelitian  berdasarkan  kualitas  kebenarannya  kemudian  menggambarkan  dan menyimpulkan hasilnya  untuk  menjawab  permasalahan  yang  ada.  Penelitian kualitatif prosesnya berlangsung dalam bentuk siklus (Sutopo, 2002: 96)

C.    Hasil Penelitian dan Pembahasan
SD Negeri 2 Pataruman merupakan sekolah yang berada di daerah pinggiran kota, berjarak kira-kira dari pusat kota banjar sekitar 10 km. Tepatnya berada di jalan Langkaplancar Nomor 53 Rt 01 Rw 10 kelurahan Pataruman Kecamatan Pataruman Kota Banjar. Sekoah Dasar Negeri 2 Pataruman memiliki tenaga pendidik dan kependidikan yang cukup baik dengan jumlah 14 orang, guru-guru di sekolah ini sudah memiliki kualifikasi pendidikan sekurang-kurangnya  S1 dan dipimpin oleh kepala sekolah yang berpengalaman.
SD Negeri 2 Mulyasari adalah sebuah Sekolah Dasar yang berada di daerah pinggir kota Terletak di samping Puskesmas 2 Mulyasari. SD Negeri 2 Mulyasari beralamat di Jalan Dobo Kecamatan Pataruman Kota Banjar Propinsi Jawa Barat.  Jarak ke pusat kota Kabupaten kurang lebih 8 km. SD Negeri 2 Mulyasari didirikan pada tanggal 18 September  tahun 1919 dengan  nama  sekolah SD Negeri Mulyasari. Pada tahun 2004 mengalami perubahan nama disesuaikan dengan urutan tahun berdirinya dan di desa mana sekolah tersebut didirikan. Maka pada tahun 2004 SD Negeri Mulyasari  berubah nama menjadi SD Negeri 2 Mulyasari. SD Negeri 2 Mulyasari memiliki Nomor Statistik Sekolah adalah 101021418001. Dengan Nomor Pokok Sekolah Nasional (NPSN) 20212600.
1.      Penyusunan rencana kerja kepala sekolah
Penyusunan program sekolah dilakukan pada awal tahun pelajaran secara bersama-sama antara kepala sekolah, guru, komite sekolah dan tokoh masyarakat. Proses perencanaan kegiatan atau penyusunan program sekolah dengan melibatkan unsur guru-guru dan masyarakat akan mendorong terwujudnya keterbukaan dan akan menekan seminim mungkin tingkat kesalahan perencanaan.  Kegiatan yang dilakukan oleh kepala sekolah tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Menurut Nurkolis (2006: 119) yang menyebutkan bahwa salah satu peran kepala sekolah memimiliki banyak fungsi antara lain sebagai berikut: Sebagai manajer maka kepala sekolah harus memerankan  fungsi manajerial  dengan melakukan  proses perencanaan, pengorganisasian, menggerakkan dan mengoordinasikan (planning, organizing, actuating,  dan controlling).  
Berdasarkan sember dokumen yang dimiliki sekolah dalam RPPS (Rencana Program Pembangunan Sekolah), bahwa program sekolah terdiri dari program tahunan/pendek, program menengah dan program jangka panjang. Proses penyusunan program tersebut memiliki tujuan utama untuk dapat mewujudkan Visi, Misi dan Tujuan Sekolah. Dalam pelaksanaan program MBS menekankan transparasi, partisipatif dan akuntabilitas.  Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Lako (2004: 81), yang menyatakan bahwa:
Kepemimpinan  (leadership) memiliki makna  yang luas, yaitu: (1)  sebagai suatu  proses  untuk mengarahkan  dan mempengaruhi aktivitasaktivitas  para anggota  kelompok, (2)  memberikan visi, rasa gembira,  kegairahan, cinta, kepercayaan, semangat, obsesi, dan  konsistensi kepada  para anggota  organisasi, dan (3)  menggunakan simbol-simbol, memberikan perhatian, menunjukkan contoh atau  tindakan nyata,  menghasilkan para pahlawan  pada semua level  organisasi, dan memberikan pelatihan secara efektif  kepada anggota, dan masih banyak lagi.

2.      Implementasi rencana kerja
Pelaksanaan manajemen  kepemimpinan  kepala sekolah,  hal ini dapat dilihat dari posisi  kepala sekolah selaku manajer  yang bersikap  memahami segala sesuatu  yang ada di sekolahnya mulai dari keadaan siswa, guru, sarana dan kondisi komite sekolah. Kepala sekolah selalu transpraran dalam mengimplementasikan semua rencaya yang telah dibuat, khususnya program jangka pendek. Selain itu juga  kepala sekolah selalu terbuka kepada guru dan wali murid/komite sekolah tentang segala  sesuatu  termasuk  dalam  hal keuangan. Kepala sekolah selalu berkordinasi dengan komite sekolah bahkan dilibatkan baik dalam kegiatan akademik maupun non akademik. Dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan selalu dibentuk kepanitiaan meskipun pada prakteknya dilakukan secara bersama-sama. Hal tersebut merupakan implikasi kepemimpinan seperti yang dikemukakan oleh Lako (2004: 81) yang menyatakan bahwa: Kepemimpinan memiliki beberapa  implikasi yaitu sebagai berikut:
a.       Kepemimpinan  berarti  melibatkan orang atau pihak lain, yaitu para karyawan atau para pengikut.
b.      Kepemimpinan melibatkan suatu distribusi kekuasaan (power distribution) yang tidak sama antara  para pemimpin dengan para anggota  kelompoknya. 
c.       Kepemimpinan memiliki kemampuan untuk memakai bentuk-bentuk  kekuasaan  (power) yang berbeda untuk mempengaruhi  perilaku para  anggota  organisasinya dalam berbagai cara. 
d.      Kepemimpinan  harus memiliki  kompetensi (knowledge, skills,  abilities, and experiences) yang cukup,  integritas moral dan etika pribadi  yang tinggi untuk memimpin dan menjadi suri tauladan bagi para  pengikutnya dalam membangun  organisasi.

Implementasi rencana kerja terkait dengan bimbingan kepada siswa dan pencapaian keberhasilan pembelajaran, dilakukan oleh kepala Kepala sekolah dengan melakukan koordinasi dengan guru, staf, dan komite sekolah misalnya dalam penyelenggaraan pentas seni, lomba-lomba, bina lingkungan, rekreasi, apalagi yang terkait pada kegiatan  akademik yaitu ulangan umum semester dan juga ujian akhir sekolah.
Pengorganisasian yang dilakukan oleh kepala sekolah meliputi pengorganisasian guru, proses pembelajaran, sarana prasarana dan peran serta masyarakat. Pengorganisasian dilakukan dengan melaksanakan koordinasi antara guru dan KS sehingga menemukan hal-hal yang perlu ditindaklanjuti. KS juga melakukan upaya menciptakan situasi kerja yang kondusif dengan penuh kebersamaan dan saling percaya serta saling menghormati. Koordinasi dengan masyarakat dilakukan sehingga upaya agar masyarakat selalu aktif dan peduli kepada sekolah. Pengorganisasian guru tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Mulyasa (2007: 98), yang mengatakan bahwa:
Salah satu peran kepala sekolah adalah sebagai sebagai  sebagai  Leader, Kepala sekolah  sebagai leader harus mampu memberikan  petunjuk dan pengawasan, meningkatkan kemauan tenaga  kependidikan,  membuka komunikasi dua arah, dan mendelegasikan tugas.  Kemampuan  yang harus  diwujudkan  kepala sekolah  sebagai leader dapat dianalisis dari kepribadian, pengetahuan terhadap tenaga kependidikan, visi dan misi sekolah, kemampuan mengambil keputusan, dan kemampuan  berkomunikasi.

Kepala sekolah selaku penanggung jawab proses pendidikan di sekolah telah berupaya untuk menciptakan suasana kebersamaan dan kepercayaan antara guru dan pengurus sekolah, hal ini selaras dengan prinsip penerapan program MBS yaitu adanya keterbukaan partisipasi dan akuntabilitas.  Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Mulyasa (2007: 98) yang mengemukakan bahwa:
Salah satu peran kepala sekolah adalah sebagai Manajer, Kepala sekolah  harus  memiliki strategi yang  tepat  untuk memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerja sama atau kooperatif, memberi  kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan  profesinya, dan  mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan  dalam berbagai  kegiatan yang  menunjang  program  sekolah.

3.      Evaluasi dan Monitoring yang dilakukan oleh kepala sekolah
Evaluasi dan monitoring yang dilakukan oleh dinas Pendidikan dilakukan oleh pengawas TK/SD setiap bulan sekali, evaluasi dan monitoring difokuskan pada pelaksanaan program, dan inventarisasi permasalahan yang dihadapi oleh sekolah, sedangkan evaluasi dan monitoring yang dilakukan oleh komite sekolah dan masyarakat terfokus pada penggunaan anggaran khususnya yang bersumber dari masyarakat. Dalam pengawasan kepala sekolah mengevaluasi setiap kegiatan, evaluasi bertujuan untuk mengetahui hasil kegiatan dan sebagi bahan pertimbangan kegiatan diwaktu yang akan datang dan evaluasi dilaksanakan secara terbuka dalam forum dewan guru.
Berbagai pengawasan yang dilakukan oleh berbagai pihak tersebut bertujuan untuk menemukan berbagai permasalahan dan mencari solusi apabila terdapat program yang tidak dapat dilaksanakan, dengan kata lain pengawasan dilakukan untuk mencari jalan keluar dalam penyelesaian permasalahan, baik program kerja, maupun pengelolaan biaya. 
Pengawasan dilaksanakan secara terbuka dan berkesinambungan yang diketahui semua pihak. Berbagai hal yang direncanakan di  Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Pataruman Kota Banjar  merupakan perwujudan manajemen sekolah yang sudah menerapkan unsur keterbukaan, tanggung jawab/ akuntabilitas dan partisipatif. Ini dilakukan mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan secara terbuka dengan melibatkan semua unsur sekolah dan masyarakat. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Mulyasa, (2007: 33) yang menyatakan: Kepala sekolah sebagai menejer memiliki fungsi merencanakan, mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan usaha anggota-anggota organisasi serta pendayagunaan selujruh sumberdaya organisasi dalam rangka mencapai tujuan. 
4.      Faktor pendukung dan penghambat kepala sekolah dalam memimpin sekolah
Faktor pendukung dalam pelaksanaan kepemimpinan kepala sekolah di SD Negeri di kecamatan Pataruman, Kecamatan Pataruman Kota Banjar, adalah adanya guru yang mempunyai loyalitas yang tinggi, siswa yang masih polos dan belum banyak pengaruh, dan sarana prasarana seperti gedung dan lingkungan sekolah serta sarana dan prasarana yang memadai. Selain faktor internal, faktor eksternal yang mendukung pelaksanaan kepemimpinan kepala sekolah adalah dinas pendidikan, orang tua murid, dan tokoh masyarakat. Hal ini sesuai dengan yang di kemukakan oleh Mulyasa (2007:35) bahwa bahwa salah satu karakteristik manajemen berbasis sekolah  antara lain adalah:
Team Work Yang Kompak dan Transparan,  Dalam manajemen berbasis sekolah, keberhasilan program-program  sekolah didukung  oleh kinerja  team work yang kompak  dan transparan  dari berbagai  pihak yang terlibat  dalam pendidikan  di sekolah.  Keberhasilan manajemen berbasis sekolah  merupakan hasil  sinergi  dari kolaborasi  tim yang kompak  dan transparan. 

Faktor penghambat dalam kepemimpinan kepala sekolah adalah struktur masyarakat yang cenderung sulit untuk menerima kegiatan sekolah diluar jam belajar seperti kegiatan kesenian, karena hal tersebut dianggap mengganggu kegiatan madrasah diniah yang ada di dusunnya, jumlah guru yang masih kurang dari segi jumlah, menyulitkan kepala sekolah untuk membagi berbagai tugas, sehingga beberapa guru terpaksa mempunyai tugas rangkap, selain bertugas sebagai guru, sekaligus bertugas sebagai penyelenggara administrasi.

D.    Simpulan
1.      Proses perencanaan kegiatan atau penyusunan program sekolah dengan melibatkan unsur guru-guru dan masyarakat akan mendorong terwujudnya keterbukaan dan akan menekan seminim mungkin tingkat kesalahan perencanaan.  Kegiatan perencanaan dilaksanakan dengan matang dan dimusyawarahkan secara terbuka dengan melibatkan semua unsur-unsur yaitu kepala sekolah, guru, komite dan wali murid untuk menyusun program jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Proses penyusunan program tersebut memiliki tujuan utama untuk dapat mewujudkan Visi, Misi dan Tujuan Sekolah. Dalam pelaksanaan program MBS menekankan transparasi, partisipatif dan akuntabilitas.
2.      Pelaksanaan manajemen di sekolah adalah:
a.       Semua pelaksanaaan kegiatan dilakukan secara terbuka dan selalu berkordinasi dengan komite sekolah bahkan dilibatkan baik dalam kegiatan akademik maupun non akademik.
b.      Dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan selalu dibentuk kepanitiaan meskipun pada prakteknya dilakukan secara bersama-sama.
c.       Walaupun jumlah guru yang masih kurang dari segi jumlah ternyata hal tersebut tidak menjadi hambatan untuk meningkatkan prestasi siswa, hal ini terbukti dengan banyaknya prestasi yang diperoleh seperti dipaparkan pada diskripsi kondisi sekolah tersebut di atas.
3.      Pengawasan dilaksanakan secara terbuka dan berkesinambungan yang diketahui semua pihak. Berbagai hal yang direncanakan di  Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Pataruman Kota Banjar  merupakan perwujudan manajemen sekolah yang sudah menerapkan unsur keterbukaan, tanggung jawab/akuntabilitas dan partisipatif.
4.      Faktor pendukung yang  menonjol dalam kepemimpinan kepala sekolah di Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Pataruman Kota Banjar, adalah dukungan guru walaupun guru. Dukungan guru tersebut merupakan kemampuan kepala sekolah dalam membentuk team work yang kompak dan transparan.  Dalam manajemen berbasis sekolah, keberhasilan program-program  sekolah didukung  oleh kinerja  team work yang kompak  dan transparan  dari berbagai  pihak yang terlibat  dalam pendidikan  di sekolah.  Keberhasilan manajemen berbasis sekolah  merupakan hasil  sinergi  dari kolaborasi  tim yang kompak  dan transparan.

E.     Daftar Pustaka
Andreas Lako. 2004. Kepemimpinan dan Kinerja Organisasi. Yogyakarta: Amara Books.
Mulyasa, E. 2006. Menjadi Guru Profesional Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Mulyasa. E. 2007 Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nurkholis.2004. Manajemen Berbasis Sekolah, Teori dan Praktek Bandung: Rosda
Sagala,  Syaiful. 2004.  Manajemen  Berbasis  Sekolah  dan  Masyarakat.  Jakarta: Nimas Multimas.
Suharsimi Arikunto. 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT, Rineka Cipta.
Sutopo, H.B. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif, Surakarta, Universitas Sebelas Maret.
Wahjosumidjo. 2006. Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teoritik dan Permsasalahannya, Jakarta: Penerbit PT Raja Grafindo Persada.